Minggu, 29 Januari 2012

Budidaya Kedelai


I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kedelai (Glycine maxi L.) merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di butuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah tumbuh diberbadai wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang cukup penting setelah kacang tanah dan jagung. Sebagai bahan makanan kedelai mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein (40%), lemak (20%), karbohidrat (35%) dan air (8%) (Suprapto, 1997). Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, maka permintaan akan komoditas kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan gizi. Akan tetapi, kapasitas produksi dalam negri belakangan ini cenderung menurun. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun (Arsyad dan Syam, 1998). Menurut Hilman, et al. (2004), proyeksi permintaan kedelai tahun 2018 sebesar 6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai tahun 2003 sekitar 672.000 ton, padahal produksi tahun 1992 pernah mencapai 1,87 juta ton. Karenanya, tanpa upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
B.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum Budidaya Tanaman Semusim adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L.) serta dapat mengetahui dosis pupuk organic yang tepat untuk mendapatkan hasil produksi tanaman kedelai yang maksimal.
Manfaat praktikum Budidaya Tanaman Semusim yaitu sebagai bahan pembanding bagi kegiatan praktikum lainnya, dan sebagai media pembelajaran mahasiswa sebelum melakukan kegiatan penelitian ilmiah yang sesungguhnya.




II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.    Klasifikasi Tanaman Kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja   dan Soja max  . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max  (L.) Merill. Menurt Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Super Divisi    : Spermatophyta
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              :
Fabaceae
Genus              :
Glycine
Spesies            : Glycine max (L.) Merr.

B.     Morfologi Tanaman Kedelai
Ø  Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang (Suprapto,  1998).
 Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar – akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto, 2004).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar (Sumarno, 1997).

Ø  Batang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate (Kanisus, 1989).
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).
 Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).

Ø  Daun
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada buku  pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).
C.    Syarat Tumbuh
Ø  Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Sumarno, 1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
 Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006).
Ø  Tanah
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Danarti, 1995).
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Arsyad dan Syam 1998).
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Adisarwanto, 2005).
 Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik ((Sumarno, 1987).

Ø  Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Suprapto, 1997).
D.    Bahan organik
Penggunaan pupuk kandang organik yang tersedia di pertanian dapat mengembalikan hasil dan keuntungan yang tinggi bila dipadukan dengan pupuk anorganik, terutama pada lahan kering atau lahan sawah yang sakit.Bagaimanapun, seringkali tidak menguntungkan untuk membeli pupuk organik bahkan bila pupuk tersebut dijual sebagai pupuk organik campuran, yang merupakan campuran pupuk organik dan anorganik yang siap pakai (Braja, 1985).
Pupuk organik dengan bahan organik merupakan salah satu pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah. Komponen asam humat dan asam fulvat sebagai sementasi partikel tanah membentuk logam-humus. Pada tanah pasir pupuk organik mampu berperan sebagai pembentuk struktur tanah dari bentuk tunggal ke gumpal yang bermanfaat untuk mencegah porositas tinggi (Haverkort, 1992).
Peranan pupuk organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.Pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah adalah kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi hitam atau coklat, merangsang gremulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, koheksi dan sifat buruk lainnya dari tanah liat (Hakim, 1986).
Bahan organik mengalami dekomposisi karena dengan tersedianya kelengasan aktifitas  mikroorganisme akan meningkat dan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi sehingga kadar bahan organik tanah menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah pada keadaan kering angin yang aktifitas mikroorganisme kurang aktif karena kurangnyakelengasan (Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Poerwidodo, 1992).










III.             METEDOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Budidaya Tanaman Semusim  dilaksanakan setiap hari Sabtu pada pukul 16.00 -17.30 WITA. Dimulai dari tanggal 2 November sampai dengan bulan Desember 2011. Bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.
B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Semusim yaitu cangkul/pacul, parang, timbangan, penggaris, patok-patokan, tugal, meteran dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih kacang kedelai (Glycine maxi L.) dan pupuk organik.
C.    Prosedur Praktikum
1.      Pengolahan Lahan dan Pembuatan Bedengan
Lahan yang akan diolah terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, rerumputan atau semak yang tumbuh di sekitar lahan. Kemudian dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5 - 7 hari, setelah itu dilakukan pencangkulan ke 2 sekaligus  meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa - sisa akar. Setelah itu dibuatkan bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m dan tinggi 0,3 m. Untuk pengaturan air hujan maka perlu dibuatkan saluran drainase disekeliling bedengan karena pertumbuhan kedelai sangat bila tergenang air.

2.      Penanaman Benih
Penanaman benih dilakukan dengan cara ditugal dengan dibuatkan lubang tanam sedalam 2-5 cm dengan jarak tanam 40 x 20 cm. benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 3 biji per lubang tanam, kemudian ditutup kembali dengan tanah gembur di sekitar lubang.
3.      Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk organik di lakukan 1 minggu sebelum benih ditanamn dengan dosis pupuk 1 kg, 7,5 kg dan 2,5 kg. Aplikasi pupuk organik di lakukan secara larikan pada barisan yang akan ditanami benih kedelai.
4.      Pemeliharan
Ø  Penyiraman
Pada praktikum ini penyiraman dilakukan secara kontiu setiap pagi dan sore hari kecuali jika turun hujan.
Ø  Penyulaman
Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam, agar tidak terjadi perbedaan pertumbuhan yang terlalu mencolok antara tanaman asli dan hasil sulaman.
Ø  Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman jagung. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan.


Ø  Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam, sedangkan untuk parameter hasil dilakukan pada saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
*      Tinggi tanaman (cm), diamati mulai pangkal batang hingga daun tertinggi.
*      Jumlah daun (helai), dihitung semua daun yang terbentuk.
*      Luas daun (cm2), diamati dengan menggunakan metode Gravimetri atau metode lain yang relefan




DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya.

Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta .

Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8

Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan Teknik Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.

Bertham, Y.H. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill) Terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Vol.4 No.2 Hal: 78-83.

Braja M. Das.1985. Mekanika Tanah. PT Gelora Aksara Pratama. Erlangga.

Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta.

Hakim, N, dkk. 1986.. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung.
Haverkort.  1992.  Pertanian Masa Depan.  Kanisius.  Jakarta.
Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.

Irwan, W.A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Padjajaran: Jatinangor.
Mayadewi, Ari. 20007. Pengaruh Jenis Pupuk pada Jarak Tanam terhadaPertumbuhan Kedelai. Denpasar Bali.

Poerwidodo.  1992.  Telaah Kesuburan Tanah.  Penerbit Angkasa.  Bandung.
Sumarno, 1987. Kedelai dan Cara Budidaya. Yasaguna Bogor.
Suprapto, 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya.
.

2 komentar:

  1. wah ini makalah ya tulsany amksh ya.. da ngepost budidaya kedelainya....q jg research budidaya kedelai q jg punya tulisan kedelai moga ermanfaat bagi pembaca yang lain gan tq idebinis.org/2013/09/cara-sukses-membudidayakan-tanaman-kedelai/

    BalasHapus
  2. gimana cara download nya ini ya ka ? :)

    BalasHapus